ADAT
PERNIKAHAN TIONGHOA
Masyarakat
Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilinial yang terdiri atas marga /
suku yang tidak terikat secara geometris dan teritorial, yang selanjutnya telah
menjadi satu dengan suku-suku lain di Indonesia. Mereka kebanyakan masih
membawa dan mempercayai adat leluhurnya. Tulisan ini membahas dua upacara adat
yang cukup dominan dalam kehidupan yaitu tentang adat pernikahan dan adat kematian.
ADAT PERNIKAHAN
Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan atas dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga. Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau.
Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan atas dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga. Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau.
Umumnya
orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Indonesia membawa adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang seharusnya mereka taati adalah
keluarga yang satu marga (shee ) dilarang menikah, karena mereka dianggap masih
mempunyai hubungan suku. Misalnya : marga Lie dilarang menikah dengan marga Lie
dari keluarga lain, sekalipun tidak saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam
satu keluarga sangat diharapkan agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain.
Misalnya : pernikahan dengan anak bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek
moyang).
UPACARA-UPACARA YANG DILAKSANAKAN
DALAM PERNIKAHAN
Pesta
dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia
yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara perkawinan selalu ada pada
hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang
Tionghoa yang mempunyai
upacara-upacara antara lain :
upacara-upacara antara lain :
A. Upacara Menjelang Pernikahan :
Upacara
ini terdiri atas 5 tahapan yaitu :
1. Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang biasanya dari pihak pria.
2. Penentuan : Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran/mas kawin boleh dilaksanakan.
1. Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang biasanya dari pihak pria.
2. Penentuan : Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran/mas kawin boleh dilaksanakan.
3.
Prosesi Seserahan Adat Tionghoa atau Sangjit.
Dalam
rangkaian adat Tionghoa, Sangjit dilakukan setelah acara lamaran. Hari dan
waktu yang baik untuk melakukan Sangjit ini ditetapkan pada saat proses lamaran
tersebut. Dalam prakteknya, Sangjit sering ditiadakan atau digabung dengan
lamaran. Namun sayang rasanya meniadakan prosesi yang satu ini, karena makna
yang terkandung di dalamnya sebenarnya sangat indah.
“Secara
harfiah, Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses seserahan. Atau proses
kelanjutan lamaran dari pihak mempelai pria dengan membawa persembahan ke pihak
mempelai wanita”
“Prosesi ini biasanya dihadiri rombongan pria yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar (saudara dari orang tua, sepupu) atau teman-teman dekat jika dibutuhkan”. Sangjit biasanya diadakan antara 1 bulan sampai 1 minggu sebelum acara resepsi pernikahan dan berlangsung siang hari antara jam 11.00 sampai dengan 13.00 WIB dilanjutkan dengan makan siang.
“Prosesi ini biasanya dihadiri rombongan pria yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar (saudara dari orang tua, sepupu) atau teman-teman dekat jika dibutuhkan”. Sangjit biasanya diadakan antara 1 bulan sampai 1 minggu sebelum acara resepsi pernikahan dan berlangsung siang hari antara jam 11.00 sampai dengan 13.00 WIB dilanjutkan dengan makan siang.
Tata Caranya Seserahan
Sasangit
Wakil
keluarga wanita beserta para penerima seserahan (biasanya anggota keluarga yang
telah menikah) menunggu di depan pintu rumah. Dipimpin oleh anggota keluarga
yang dituakan, rombongan pria pun datang membawa seserahan ke rumah si wanita.
Rombongan ini terdiri dari: wakil keluarga serta para gadis/pemuda yang belum
menikah pembawa nampan seserahan. Oh iya, di beberapa adat orang tua pria tidak
ikut dalam prosesi ini. Seserahan diberikan 1 per 1 secara berurutan, mulai
dari seserahan untuk ke-2 orang tua mempelai wanita, lalu untuk mempelai
wanita, dan seterusnya. Barang seserahan yang sudah diterima oleh pihak
mempelai wanita dibawa ke dalam kamar untuk diambil sebagian. (lihat paragraf
berikut)
Dilanjutkan dengan ramah tamah. Pada akhir kunjungan, barang-barang seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan seserahan pada keluarga pria berupa manisan (seperti permen/coklat) dan berbagai keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan. Wakil keluarga wanita juga memberikan ang pao ke tiap-tiap pembawa seserahan yang biasanya terdiri dari para gadis/pemuda yang belum menikah tersebut (ang pao diberikan dengan harapan agar enteng jodoh). Jumlahnya variatif, biasanya sekitar Rp. 20.000 – Rp. 50.000.
Barang-barang seserahan Sangjit
Dilanjutkan dengan ramah tamah. Pada akhir kunjungan, barang-barang seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan seserahan pada keluarga pria berupa manisan (seperti permen/coklat) dan berbagai keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan. Wakil keluarga wanita juga memberikan ang pao ke tiap-tiap pembawa seserahan yang biasanya terdiri dari para gadis/pemuda yang belum menikah tersebut (ang pao diberikan dengan harapan agar enteng jodoh). Jumlahnya variatif, biasanya sekitar Rp. 20.000 – Rp. 50.000.
Barang-barang seserahan Sangjit
Sebelum
keluarga calon pengantin pria memutuskan barang apa yang akan dibawa, sebaiknya
didiskusikan bersama keluarga si wanita terlebih dahulu. Barang-barang ini
tentu saja memiliki makna simbolis yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi
mempelai pria. Setelah ditentukan, barang-barang tersebut diletakkan dalam nampan-nampan
yang berjumlah genap, biasanya maksimal berjumlah 12 nampan.
Hal
yang menarik saat acara ini adalah bahwa sebagian besar barang-barang seserahan
ini sebaiknya sebagian dikembalikan lagi pada keluarga pengantin pria. Karena,
bila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka
menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada
hubungan lagi antara si pengantin wanita dan keluarganya. Namun bila keluarga
wanita mengembalikan separuh dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya
keluarga wanita masih bisa turut campur dalam keluarga pengantin.
Barang-barang seserahan biasanya terdiri dari :
Barang-barang seserahan biasanya terdiri dari :
Alat-alat
kecantikan dan perhiasan untuk mempelai wanita (kadang-kadang juga sepatu untuk
hari H).
Pakaian/kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria.
Pakaian/kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria.
Uang
susu (ang pao) dan uang pesta (masing-masing di amplop merah). Pihak mempelai
wanita biasanya hanya mengambil uang susu, sedangkan untuk uang pesta hanya
diambil jumlah belakangnya saja, sisanya dikembalikan. Contoh uang pesta
sebesar: Rp. 1.680.000,- namun yang diambil hanya Rp. 80.000,- Apabila keluarga
wanita mengambil seluruh uang pesta, artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai
keluarga wanita.
Tiga
nampan masing-masing berisikan 18 buah (apel, jeruk, pear atau buah yang manis
lainnya sebagai lambang kedamaian, kesejahteraan dan rejeki). Pihak mempelai
wanita mengambil separuhnya, sisanya dikembalikan.
2 pasang lilin merah yang cukup besar diikat
dengan pita merah, sebagai simbol perlindungan untuk menghalau pengaruh
negatif. Lilin motif naga dan burung hong lebih disukai. Pihak mempelai wanita
mengambil 1 pasang saja.
Sepasang
kaki babi (jika tidak ada dapat digantikan dengan makanan kaleng) beserta 6
kaleng kacang polong. Pihak mempelai wanita mengambil separuhnya. Satu nampan
berisikan kue mangkok berwarna merah sebanyak 18 potong, sebagai lambang kelimpahan
dan keberuntungan. Pihak mempelai wanita mengambil separuhnyan. Satu nampan
berisikan dua botol arak atau sampanye. Pihak mempelai wanita mengambil
semuanya, dan ditukar dengan dua botol sirup merah dan dikembalikan ke pihak
mempelai pria. Seniman kain dan pakar batik Obin ternyata juga seorang tokoh
yang sangat concern dan mendalami adat istiadat Tionghoa. Selain barang-barang
di atas, menurutnya proses Sangjit ini bisa juga ditambah dengan :
Kue satu, terbuat dari kacang hijau yang dijual satu-satu, artinya dua kebahagiaan menjadi satu.
Kaca, artinya berkaca pada diri sendiri, self conscious-morality.
Kue satu, terbuat dari kacang hijau yang dijual satu-satu, artinya dua kebahagiaan menjadi satu.
Kaca, artinya berkaca pada diri sendiri, self conscious-morality.
Uang-uangan
dari emas yang di-emboss kata ‘fuk’, yang dalam bahasa Indonesia berarti
hoki/untung. Dua bundel pita berupa huruf Cina yang berarti double happiness,
artinya agar happy sampai tua nanti.
Buah
atep yang disepuh merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya rame, happy, banyak sahabat dan keturunan.
Buah leket, artinya agar nempel dan lengket sampai kapan pun.
Buah atapson dari Kalimantan yang tumbuh di atas atap. Kalau sudah mulai muntah, mual-mual dikasih buah ini untuk memancing kehamilan. Buah pala, tumbuh tegak lurus dimana pun dia ditanam, artinya kalau lurus, baik-baik saja maka dimana pun dia berada tetap tidak berubah.
Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya rame, happy, banyak sahabat dan keturunan.
Buah leket, artinya agar nempel dan lengket sampai kapan pun.
Buah atapson dari Kalimantan yang tumbuh di atas atap. Kalau sudah mulai muntah, mual-mual dikasih buah ini untuk memancing kehamilan. Buah pala, tumbuh tegak lurus dimana pun dia ditanam, artinya kalau lurus, baik-baik saja maka dimana pun dia berada tetap tidak berubah.
4.
Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri
dengan panggilan masing-masing, seperti yang telah diuraikan pada Jelajah No.
3.
5. Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang purnama.
5. Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang purnama.
B. Upacara Pernikahan
3
- 7 hari menjelang hari pernikahan diadakan "memajang" keluarga mempelai
pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka
membawa beberapa perangkat untuk meng-hias kamar pengantin. Hamparan sprei
harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di
atas tempat tidur diletakkan mas kawin. Ada upacara makan-makan. Calon mempelai
pria dilarang menemui calon mempelai wanita sampai hari H.
Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara "Liauw Tiaa". Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari pacar).
Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara "Liauw Tiaa". Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari pacar).
C. Upacara Sembahyang Tuhan
("Cio Tao")
Di
pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun, adakalanya
upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam menjelang pernikahan.
Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
. Penghormatan kepada Tuhan
. Penghormatan kepada Alam
. Penghormatan kepada Leluhur
. Penghormatan kepada Orang tua
. Penghormatan kepada kedua mempelai
Meja sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, antara lain Srikaya, lambang kekayaan. Di bawah meja harus ada jambangan berisi air, rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan garis tengah? 2 meter dan di atasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan, sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.
Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju "Pao". Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.
D. Ke Kelenteng
Sesudah
upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan kepada
Tuhan Allah dan para leluhur.
E. Penghormatan Orang tua dan
Keluarga
Kembali
ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga, kerabat dekat.
Setiap penghormatan harus dibalas dengan "ang pauw" baik berupa uang
maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan bangun. Dapat juga
sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.
F. Upacara Pesta Pernikahan
Selesai
upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian "ala
barat". Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain. Usai pesta, ada
upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ). Mengundang kiangsay untuk makan
malam, karena saat itu mempelai pria
masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita.
masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita.
G.Upacara Sesudah Pernikahan
Tiga
hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :
1. Teh Pai
Teh Pai adalah setelah acara pernikahan dimana seluruh sanak keluarga dari keluarga suami maupun istri memberikan hadiah sebagai dasar pembangunan keluarga yang menikah, dimana dalam Teh pai ini pihak tertua biasanya memberikan petuah kepada orang akan menikah, dalam membina rumah tangga mereka. Selesai memberi petuah mereka memberikan hadiah biasanya berbentuk perhiasan, uang, alat kebutuhan rumah tangga sebagai tanda membantu perekonomian keluarga mereka.
2. Cia Kiangsay
Pada upacara menjamu mempelai pria ("Cia Kiangsay") intinya adalah memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama.
3. Cia Ce'em
"Cia Ce'em" di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh
keluarga besar mempelai wanita. Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih sederhana.
1. Teh Pai
Teh Pai adalah setelah acara pernikahan dimana seluruh sanak keluarga dari keluarga suami maupun istri memberikan hadiah sebagai dasar pembangunan keluarga yang menikah, dimana dalam Teh pai ini pihak tertua biasanya memberikan petuah kepada orang akan menikah, dalam membina rumah tangga mereka. Selesai memberi petuah mereka memberikan hadiah biasanya berbentuk perhiasan, uang, alat kebutuhan rumah tangga sebagai tanda membantu perekonomian keluarga mereka.
2. Cia Kiangsay
Pada upacara menjamu mempelai pria ("Cia Kiangsay") intinya adalah memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama.
3. Cia Ce'em
"Cia Ce'em" di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh
keluarga besar mempelai wanita. Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih sederhana.
PERUBAHAN
YANG BIASA TERJADI PADA ADAT UPACARA PERNIKAHAN
Ada
beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti : Mengusir setan atau
mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang ditabur menjelang mempelai pria
memasuki rumah mempelai wanita. Demikian juga dengan pemakaian sekapur sirih,
dan lain-lain.
Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya :
Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya :
Sekalipun
upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah diadakan di rumah, tetapi untuk yang
beragama Kristen tetap ke Gereja dan upacara di Gereja. Perubahan makin tampak
jelas, upacara di Kelenteng diganti dengan di gereja.
Pengaruh
pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan upacara.
Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.
Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.
Sebagai
suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang terlibat
di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan Tionghoa mengalami masa transisi.
Hal ini ditandai dengan terpisahnya masyarakat dari adat pernikahan tersebut
melalui pergeseran
motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.
motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.
Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan upacara pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar